Melanjuti liputan seri pembuka ISSOM 2018, kami menyadari
bahwa mengambil foto menggunakan smartphone bukanlah pilihan yang baik. Kami
belajar bahwa untuk menyediakan konten yang layak untuk kalian, para pembaca
kami yang budiman, di seri kedua kali ini, akhirnya kami memutuskan untuk
memakai beberapa kamera yang lama sudah tidak digunakan dan mencoba untuk
menyajikan hasil fotografi yang baik. Setidaknya semua orang harus memulai
sesuatu kan?
Following up from our coverage of
the first round of ISSOM 2018, we figured that our phones weren’t the best
choice for taking pictures of a racing event. Having learnt our lesson to
provide decent content for you, our prized readers, this time on the second
round of the racing series, we’d brought a couple unused cameras that were
lying around our homes and gave this photography thing a whirl. Everybody
starts somewhere right?
Seperti biasa, kami berangkat ke Sentul saat balapan
dimulai, yaitu di hari Minggu, kali ini kami berangkat sedikit lebih awal agar
bisa melihat aksi balapan yang mulai di pagi hari. Jalan tol Jagorawi agaknya
lebih ramai pagi itu, tapi Mitsubishi yang gue kendarai tetap melaju kencang. Selama
perjalanan ternyata menyenangkan juga untuk bisa menemukan satu atau dua mobil
yang menarik dan juga mobil-mobil unik yang berada di sekitar area Sirkuit
Internasional Sentul.
Kurang lebih ini adalah area tenda pit yang bisa gue abadikan beserta para
penghungi regularnya, untuk kalian yang ingin tahu seperti apa atmosfir dan
pemandangan dari area pit tenda yang sangat gue kagumi dari artikel sebelumnya.
Selalu ada beberapa hal yang membuat gue suka akan mobil
dari Eropa / mobil Amerika dipasarakan
di Inggris, contohnya seperti Hillman
Avenger ini, atau dikenal juga sebagai Dodge Avenger untuk pasar Indonesia.
Avenger yang satu ini dimiliki dan digunakan oleh tim Ecurie Cinere, suatu
kesenangan tersendiri ketika melihat mobil ini melintas di track.
There’s always something about
European/British marketted American cars that makes me have such a soft spot
for them, such as this Hillman Avenger, sold as the Dodge Avenger here in
Indonesia. This particular Avenger is owned and raced by the Fourie Cinere
team, is such a joy to see buzz around the track.
Selanjutnya gue masuk ke sisi paddock yang dihuni oleh
mobil di kelas yang lebih bergengsi, jujur aja, gue gak terlalu tertarik untuk
melihat sisi paddock bagian ini, karena sebagian besar di isi oleh Honda Jazz
dan BMW, mobil yang menurut kebanyakan orang, mudah untuk disetel dan siap digunakan
untuk balapan. Meskipun ada beberapa 911 yang sudah menggunakan sistem
pendinginan air, tapi sekali lagi, tidak semenarik pendahulunya yang masih
menggunakan sistem pendingin udara, tapi sekali lagi, ini hanya opini gue secara
pribadi.
Coming up to the big boy’s side of
the paddock, where frankly, the variety of cars were not so much to my appeal, consisting
of mostly Honda Jazzes and BMWs, which are the easiest cars, according to most
people, to be tuned and made race ready for the big boy classes. Though there
were a couple of water-cooled 911’s, but again, not as appealing as their
air-cooled predecessors, but hey, that’s just me.
Menyusuri paddock bagian ini ternyata bisa juga membuat gue
terkesima, karena ada beberapa mobil balap yang keren mengisi deretan pit ini,
seperti Alfa Romeo GTV dari Gardenspeed yang sangat
terkenal, sedang di dinginkan oleh AC sesaat sebelum balapan, karena jujur aja
hari ini amat sangat panas.
Much to my delight, it turns out
some very interesting cars also inhabited these pits,such as the infamous
Garden Speed Alfa Romeo GTV, pictured here being cooled down by air
conditioning before the race, as it was a very hot day and I shit you not.
Senang rasanya melihat beberapa mobil asal Jepang dari ABM Motorsport,
seperti Nissan Silvia dan Honda Integra digunakan untuk balapan.
Mengenai balapannya sendiri, para penonton diberi beberapa pilihan lokasi
untuk melihat hingar bingar yang terjadi di sirkuit, penonton dapat melihat
dari tikungan S, jalur pit, atau dari tribun. Kami sendiri stuck di sekitar
tikungan S sambil mengasah skill foto kami, khususnya dalam
hal ini mengabadikan objek yang bergerak, dan cukup puas dengan hasil foto yang
di dapat.
Moving
on to some actual racing, spectators are given a few choices of locations to
see the action on track, you could either watch from the S bends, the pit lane,
or the grand stands. We mostly stuck around by the S bends to practice taking
pictures of moving objects, in which we were quite happy with the results.
Saat siang mulai beranjak ke sore hari,
lintasan sirkuit Sentul akhirnya mulai dipenuhi berbagai mobil balap keren dari
kelas Retro dan Old Skool.
As
the afternoon sinks into the evening, the track was finally filled with the
cool variety of race cars from the Retro and Old Skool classes.
Kalau kalian sudah datang ke Sentul
tapi gak sempat memperhatikan, Suzuki Jimny berwarna kuning ini selalu ada di
bagian sisi dalam, siap untuk masuk dan menarik keluar mobil yang mengalami
kerusakan atau masalah.
In
case you haven’t noticed, this yellow Suzuki Jimny was always track side, ready
to get in and tow troubled race cars out of the track.
Kalau Post Malone
memiliki kesenangan terhadap Beer Bongs and Bentleys, Gue punya opini berbeda dan lebih memilih
untuk menyukai Mazdas dan Mercedes.
Ketika para penonton mulai antri keluar
pintu utama sirkuit dan mobil balap mulai diangkut ke truk towing, sudah
saatnya kami harus pergi meninggalkan Sentul dan kembali menuju ke Jakarta.
Seperti biasanya, bukanlah hari yang buruk kalau kalian bersenang-senang
menghabiskan waktu bersama di lintasan sirkuit bersama teman.
By
the time spectators start queueing up to the congested main exit of the
circuit, and race cars are loaded onto their respective flat beds, it was time
to get out of Sentul, and head back to Jakarta. As always, it’s never a bad day
when you’re out at the track with your friends.